Skip to main content

Kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari di Dusun Tabuakang. Setelah sebelumnya, pada Maret, kami bersama pemuda setempat melakukan pembuatan pupuk alami dan pestisida nabati, kali ini kami melanjutkan dengan praktik penerapannya. Pertemuan dimulai dengan Hasan, seorang pemuda yang juga menjabat sebagai ketua Kelompok Petani Milenial.

Kelompok Petani Milenial dibentuk pada tahun 2022 atas inisiatif salah satu lembaga zakat, yang melihat potensi besar namun kurang dimanfaatkan dalam pengelolaan kebun masyarakat setempat. Sebagian besar masyarakat hanya menanam satu atau dua jenis tanaman, seperti kacang merah dan bintoloeng, dengan hasil yang lebih sering dijual daripada dikonsumsi sendiri. Untuk kebutuhan sayuran lainnya, mereka bergantung pada pasar, yang meskipun murah, tetap menjadi pengeluaran rutin. Kondisi inilah yang melatarbelakangi pembentukan kelompok ini dengan tujuan mempromosikan pola tanam variatif dan keberlanjutan.

Desa Batu Belerang Bonto Tenga, yang merupakan wilayah dampingan Akar Tani, berusaha mengembangkan inovasi dalam sektor pertanian, khususnya dalam budidaya kopi. Kopi yang tumbuh di desa ini adalah jenis arabika, yang sangat cocok dengan kondisi ketinggian sekitar 1.200 meter di atas permukaan laut (MDPL). Kopi arabika terkenal dengan kualitasnya dan harga yang lebih tinggi dibandingkan kopi jenis lain. Karena itu, para petani di desa ini lebih memilih untuk menanam kopi jenis ini sebagai sumber pendapatan utama mereka. Namun, sebagian besar petani masih menggunakan metode tradisional dalam pengelolaan pasca panen dan pemeliharaan kopi. Melihat hal ini, Akar Tani mengadakan pelatihan pasca panen untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para petani dalam mengelola hasil panen mereka dengan cara yang lebih modern.

Pada pelatihan pasca panen, petani diberikan pemahaman tentang beberapa tahap penting. Pertama, pemetikan buah kopi dilakukan secara manual dengan memetik buah yang telah matang, yang biasanya terlihat dari warna buah yang kemerahan atau agak oranye. Kedua, sortasi atau pemilahan buah kopi dilakukan untuk memisahkan buah berdasarkan ukuran dan tingkat kematangan. Proses ini menggunakan air untuk membersihkan kotoran dan batu yang ada di sekitar buah kopi. Ketiga, penjemuran atau pengeringan buah kopi bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam buah kopi. Penjemuran ini dapat menggunakan alat seperti para-para atau terpal, dan membutuhkan waktu sekitar 2-3 minggu. Kopi dianggap berkualitas apabila kadar airnya turun di bawah 12,5%.

Pelatihan ini memberikan manfaat besar bagi para petani kopi dan kelompok tani di Desa Batu Belerang Bonto Tenga. Selain meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam merawat serta memanen kopi, pelatihan ini juga membantu petani dalam meningkatkan kualitas kopi mereka. Dengan kualitas kopi yang lebih baik, para petani dapat memperluas jangkauan pasar mereka, tidak hanya di tingkat desa, tetapi juga keluar dari Kabupaten Sinjai. Hal ini berpotensi meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.

Lebih dari itu, pelatihan ini diharapkan dapat menarik perhatian wisatawan. Kebun kopi yang dijadikan kebun percontohan di Desa Batu Belerang Bonto Tenga bisa menjadi daya tarik wisata, sehingga membuka peluang untuk pengembangan sektor pariwisata. Dengan demikian, diharapkan akan ada dampak positif bagi perekonomian desa, baik dari sektor pertanian maupun pariwisata.

Balantieng

Author Balantieng

More posts by Balantieng

Leave a Reply